Minggu, 25 Mei 2008

"KEMAJUAN SMP NEGERI 2 YOGYAKARTA"

Kemajuan adalah suatu kebanggaan yang harus diraih dengan penuh kesugguhan dan bertanggung jawab.
Kemajuan di SMP Negeri 2 Yogyakarat bisa dilihat dari beberapa aspek dari akdemis dan non akdemis. Dari segi akademis banyak sekali penghargaan dengan mata pelajaran tertentu yang dirah dari tropi dan piala. Dari segi non akdemis pun banyak penghargaan.
Kesan dan pesan saya di SMP Negeri 2 Yogyakarta tentunya banyak sekali dari segi akademis dan non akademis. Alhamdulillah dari segi akademis saya baik. Untuk non akademis saya alhamdulillah bisa berkembang melalui keorganisasian. Selama di SMP Negeri 2 Yogyakarta saya sangat suka dengan berorganisasi. Saya disana mengikuti OSIS(Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan pada tahun yang lalu saya dan sohib membuat gebrakan yaitu ROHIS (Kerohanian Islam). Rohis itu bertujuan menyelenggaraka kegiatan keagamaan khususnya agama islam. Dalam program Rohis sebenarnya banyak sekali namun yang sukses adalah kegiatan penyelengaraan pengajian dan pembuatan buletin. Dalam rohis saya menangani atau istilah menjabat sebagai Team Pembuatan Buletin sebagai Pemimpin Redaksi.
Kesan dan pesan saya dengan guru, karyawan, siswa lain tentunya sangat banyak selama tiga tahun ini.
Saya ingin memberikan saran untuk kemajuan SMP Negeri 2 Yogyakarta. Saya berkeinginan dan berharap agar di SMP N 2 Yogyakarta berbasis TI (Teknologi Informasi) yang keren abis dan gaul.
Terakhir saya berharap temen-temen tetep istoqomah dan lebih meningkatkan ketaqwaan kepada ALLAH swt.
ALLAHU AKBAR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kamis, 06 Maret 2008

Buya Hamka dan Palestina


Buya Hamka dan Palestina

Buya Haji Abdul Malik Karim Amrullah gelar Datuk Indomo yang akrab dengan panggilan Buya Hamka, lahir 16 Februari 1908, di Ranah Minangkabau, desa kampung Molek, Sungai Batang, di tepian danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Buya Hamka yang bergelar Tuanku Syaikh, gelar pusaka yang diberikan ninik mamak dan Majelis Alim-Ulama negeri Sungai Batang - Tanjung Sani, 12 Rabi’ul Akhir 1386 H/ 31 Juli 1966 M, pernah mendapatkan anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, 1958, Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974, dan gelar Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.
Buya Hamka adalah seorang ulama yang memiliki ‘izzah, tegas dalam aqidah dan toleran dalam masalah khilafiyah. Beliau sangat peduli terhadap urusan umat Islam, sehingga tidak mengherankan, di dalam dakwahnya, baik berupa tulisan maupun lisan, ceramah, pidato atau khutbah selalu menekankan tentang ukhuwah Islamiyah, menghindari perpacahan dan mengingatkan umat untuk peduli terhadap urusan kaum muslimin.
Ketika dihembuskan opini tentang cerdas dan pintarnya orang-orang Yahudi Israel, sehingga dapat mengalahkan pasukan Arab dalam perang Arab-Israel. Maka Buya meluruskan pemahaman tersebut melalui tulisan beliau di dalam Tafsir Al-Azhar, Juzu’ 1, halaman 221:
“Sebab yang utama bukan itu, Yang terang ialah karena orang Arab khususnya dan Islam umumnya telah lama meninggalkan senjata batinnya yang jadi sumber dari kekuatannya. Orang – orang yang berperang menangkis serangan Israel atau ingin merebut Palestina sebelum tahun 1967 itu, tidak lagi menyebut-nyebut Islam.
Islam telah mereka tukar dengan Nasionalisme Jahiliyah, atau Sosialisme ilmiah ala Marx. Bagaimana akan menang orang Arab yang sumber kekuatannya ialah imannya, lalu meninggalkan iman itu, malahan barangsiapa yang masih mempertahankan idiologi Islam, dituduh Reaksioner. Nama Nabi Muhammad sebagai pemimpin dan pembangun dari bangsa Arab telah lama ditinggalkan, lalu ditonjolkan Karl Marx, seorang Yahudi.
Jadi untuk melawan Yahudi mereka buangkan pemimpin mereka sendiri, dan mereka kemukakan pemimpin Yahudi. Dalam pada itu kesatuan akidah kaum Muslimin telah dikucar-kacirkan oleh ideologi - ideologi lain, terutama mementingkan bangsa sendiri. Sehingga dengan tidak bertimbang rasa, di Indonesia sendiri, di saat orang Arab sedang bersedih karena kekalahan, Negara Republik Indonesia yang penduduknya 90% pemeluk Islam, tidaklah mengirimkan utusan pemerintah buat mengobati hati negara-negara itu, melainkan mengundang Kaisar Haile Selassie, seorang Kaisar Kristen yang berjuang dengan gigihnya menghapus Islam dari negaranya.
Ahli – ahli Fikir Islam modern telah sampai kepada kesimpulan bahwasanya Palestina dan Tanah Suci Baitul Maqdis, tidaklah akan dapat diambil kembali dari rampasan Yahudi (Zionis) itu, sebelum orang Arab khususnya dan orang–orang Islam seluruh dunia umumnya, mengembalikan pangkalan fikirannya kepada Islam. Sebab, baik Yahudi dengan Zionisnya, atau negara-negara Kapitalis dengan Christianismenya, yang membantu dengan moril dan materil berdirinya Negara Israel itu, keduanya bergabung jadi satu melanjutkan Perang Salib secara modern, bukan untuk menentang Arab karena dia Arab, melainkan menentang Arab karena dia Islam”.
Di Juzu’ VI, halaman 307, Buya juga menjelaskan konspirasi negara-negara Eropa dan Amerika dalam pendirian “ Negara Israel”, “Yaitu mereka jajah Palestina, mereka rampas dari tangan Turki. Lalu diserahkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Lord Boulfour (seorang Yahudi), kepada kaum Zionis, gerakan Yahudi terbesar di zaman ini, supaya mereka membuat negara di sana. Sehabis Perang Dunia Kedua disuruhlah orang Yahudi membentuk Negara Israel di Palestina”.
Buya Hamka berpulang ke Rahmatullah, 24 Juli 1981, telah meninggalkan warisan dan pelajaran yang sangat berharga untuk ditindak lanjuti oleh genarasi Islam, yaitu istiqamah dalam berjuang, menjaga persatuan umat dan peduli terhadap urusan kaum Muslimin.
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."(QS: Al-Hasyr/59: 10). (fn).
H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA (Email: ferryn2006@yahoo.co.id)

Minggu, 24 Februari 2008

Rute trayek bis Trans Jogja

Rute trayek bis Trans Jogja


Trayek 1A : Terminal Prambanan - Bandara Adisucipto - Stasiun Tugu - Malioboro - JECTerminal Prambanan - S5. Kalasan - Bandara Adisucipto - S3. Maguwoharjo - Janti (bawah) - S3. UIN Kalijaga - S4. Demangan - S4. Gramedia - S4. Tugu - Stasiun Tugu - Malioboro - S4. Kantor Pos Besar - S4. Gondomanan - S4. Pasar Sentul - S4. SGM - Gembira Loka - S4. Babadan Gedongkuning - JEC - S4. Blok O - Janti (atas) - S3. Maguwoharjo - Bandara Adisucipto - S5. Kalasan - Terminal Prambanan.


Trayek 1B : Terminal Prambanan - Bandara Adisucipto - JEC - Kantor Pos Besar - Pingit - UGMTerminal Prambanan – S5. Kalasan – Bandara Adisucipto – S3. Maguwoharjo – Janti (lewat bawah) – S4. Blok O – JEC - S4. Babadan Gedongkuning – Gembira Loka – S4. SGM – S4. Pasar Sentul - S4. Gondomanan – S4. Kantor Pos Besar - S3. RS.PKU Muhammadiyah – S3. Pasar Kembang - S4. Badran – Bundaran SAMSAT – S4. Pingit – S4. Tugu – S4. Gramedia – Bundaran UGM – S3. Colombo – S4. Demangan – S3. UIN Sunan Kalijaga – Janti – S3. Maguwoharjo – Bandra Adisucipto – S5. Kalasan – Terminal Prambanan.


Trayek 2A : Terminal Jombor - Malioboro – Basen – Kridosono – UGM – Terminal Condong CaturTerminal Jombor - S4. Monjali - S4. Tugu - Stasiun Tugu - Malioboro - S4. Kantor Pos Besar - S4. Gondomanan - S4. Jokteng Wetan - S4. Tungkak - S4. Gambiran - S3 . Basen - S4. Rejowinangun - S4. Babadan Gedongkuning - Gembira Loka - S4. SGM - S3. Cendana - S4. Mandala Krida - S4. Gayam - Flyover Lempuyangan - Kridosono - S4. Duta Wacana - S4. Galeria - S4. Gramedia - Bunderan UGM - S3. Colombo - Terminal Condongcatur - S4. Kentungan - S4. Monjali - Terminal Jombor.


Trayek 2B : Terminal Jombor – Termina Condongcatur – UGM – Kridosono – Basen – Kantor Pos Besar – Wirobrajan - PingitTerminal Jombor – S4. Monjali – S4. Kentungan – Terminal Condong Catur – S3. Colombo – Bundaran UGM – S4. Gramedia – Kridosono – S4. Duta Wacana - Fly-over Lempuyangan - S4. Gayam – S4. Mandala Krida – S3. Cendana – S4. SGM – Gembiraloka– S4. Babadan Gedongkuning – S4. Rejowinangun – S3. Basen – S4.Tungkak – S4. Joktengwetan – S4. Gondomanan – S4. Kantor Pos Besar – S3. RS PKU Muhammadiyah – S4. Ngabean – S4. Wirobrajan – S3. BPK – S4. Badran – Bundaran SAMSAT – S4. Pingit – S4. Tugu – S4. Monjali – Terminal Jombor.


Trayek 3A : Terminal Giwangan – Kotagede – Bandara Adisucipto – Ringroad Utara – MM UGM – Pingit – Malioboro – Jokteng KulonTerminal Giwangan – S4. Tegalgendu – S3. HS-Silver – Jl. Nyi Pembayun - S3. Pegadaian Kotagede – S3. Basen – S4. Rejowinangun – S4. Babadan Gedongkuning – JEC - S4. Blok O – Janti (lewat atas) - S3. Janti – S3. Maguwoharjo - Bandara ADISUCIPTO - S3. Maguwoharjo – Ringroad Utara – Terminal Condongcatur – S4. Kentungan – S4. MM UGM - S4. MirotaKampus – S3. Gondolayu – S4. Tugu – S4. Pingit – Bundaran SAMSAT - S4. Badran – S3. PasarKembang – Stasiun TUGU - Malioboro – S4. Kantor Pos Besar – S3. RS PKU Muhammadiyah – S4. Ngabean – S4. Jokteng Kulon – S4. Plengkung Gading - S4. Jokteng Wetan – S4. Tungkak – S4.Wirosaban – S4. Tegalgendu – Terminal Giwangan.


Trayek 3B : Terminal Giwangan – Jokteng Kulon – Pingit – MM UGM – Ring Road Utara – Bandara Adisuciptp – KotagedeTerminal Giwangan – S4. Tegalgendu - S4. Wirosaban – S4. Tungkak – S4.Jokteng Wetan – S4. Plengkung Gading - S4. JoktengKulon – S4. Ngabean – S3. RS PKU Muhammadiyah – S3. Pasar Kembang – S4. Badran – Bundaran SAMSAT – S4. Pingit – S4. Tugu – S3. Gondolayu – S4. Mirota Kampus – S4. MM UGM - S4. Kentungan – Terminal Condong Catur – Ringroad Utara – S3. Maguwoharjo – Bandara Adisucipto – S3. Maguwoharjo – JANTI (lewat bawah) – S4. Blok O – JEC - S4. Babadan Gedongkuning – S4. Rejowinangun – S3. Basen – S3. Pegadaian Kotagede – Jl.Nyi Pembayun - S3. HS-Silver – S4. Tegalgendu – Terminal Giwangan.

Jumat, 15 Februari 2008

Ulangan Teknologi Informasi Komunikasi

1. Sebutkan sistem dasar komputer!
Jawab :
a. Brainware(User/Pengguna)
contoh: manusia
b. Software(Perangkat lunak)
contoh: Program komputer
c. Hardware(Perangkat keras)
contoh: CPU, Mouse, Keyboard, Monitor, dll

Minggu, 03 Februari 2008

MEMAHAMI JURNALISTIK DARI TITIK NOL

Apakah jurnalistik itu? Pertanyaan ini menunjukkan bahwa ada hal yang perlu dijelaskan mengenai jurnalistik. Secara umum, jurnalistik bisa dipahami sebagai kegiatan menyampaikan informasi, yakni kegiatan mengemas berita aktual untuk khalayak atau audience melalui sarana media, baik cetak maupun elektronika. Oleh karena itu, kegiatan menyampaikan informasi ini dibutuhkan teknik-teknik khusus agar informasi itu menarik.
Kata jurnalistik itu sendiri, bisa diruntut dari asal katanya yaitu :
1. journal, yakni surat kabar atau majalah.
2. journalistic, yakni kewartawanan.
3. journey, yakni perjalanan.
4. du jour, yakni hari, berita dalam satu hari itu termuat pada lembaran tercetak. Tapi, pada perkembangan berikutnya, tak cuma media tercetak saja yang bisa menyampaikan informasi, media elektronika pun berkembang sangat pesat sehingga keduanya saling melengkapi.
Pengertian jurnalistik, berdasarkan pemahaman itu bisa berkaitan dengan kegiatan menyiapkan, mengedit, menulis untuk surat kabar, majalah atau penerbitan lain. Di sisi lain, kita juga mengenal istilah pers. Pers itu sendiri berasal dari kata pressur, kemudian menjadi press, yang memiliki pengertian sempit dan umum. Pertama, pengertian sempitnya pers adalah media cetak yang mengelola pemberitaan. Kedua, pengertian pers secara umum adalah semua media komunikasi massa baik koran, majalah, tabloid, bulletin, maupun radio dan televisi.
Pengertian jurnalistik, juga bisa dikaitkan dengan keadaan di Roma pada zaman Julius Caesar, ketika terdapat lembar-lembar catatan berisi pengumuman atau berita-berita penting pemerintah. Lembaran-lembaran itu ditempel di dinding atau di tiang-tiang gantungan, juga tiang-tiang bangunan yang mudah dibaca orang. Mereka menyebutnya Acta Diurna, yang berarti kejadian sehari-hari. Kemudian, orang-orang kaya memerintahkan pada budak-budaknya, khusus sebagai juru tulis untuk menyalin Acta Diurna. Bahkan ada yang menjualnya ke daerah-daerah lain. Acta Diurna ini dikenal antara tahun 100 sampai 44 sebelum Masehi.
Dalam perkembangannya, para budak yang menyalin acta diurna itu disebut sebagai diurnalii dan kelak orang mengenal istilah jurnalis, jurnalisme atau jurnalistik.
Sementara itu di Cina, pada masa pemerintahan Dinasti Tang, terdapat selebaran pendek yang disebut Pao yang artinya laporan. Diterbitkan oleh pejabat pemerintah. Pao ini terbit dalam beberapa bentuk dan sejumlah nama, sampai akhir Dinasti Ching (1911).
Sekitar tahun 1609, terbit surat kabar berkala pertama kalinya di Jerman dan Anwerp. Dan, tahun 1702 salah satu surat kabar harian pertama, dikenal The Daily Courent. Di Indonesia, bila lahirnya Nouvelles Bataviase yang terbit tahun 1744 dijadikan titik pangkalnya, eksistensi surat kabar sudah berusia lebih 200 tahun.

Pers Sebagai Kerja Kolektif
Jurnalistik sebagai kegiatan penerbitan pers adalah kegiatan kolektif yang tidak bisa dikerjakan seorang diri. Sebab, ada kegiatan yang disebut pengumpulan bahan berita, pengetikan berita, penyuntingan, sampai pada mencetak dan menjual produk, semuanya harus dengan koordinasi. Semua itu harus dilakukan bersama orang lain.
Oleh sebab itu, ada yang disebut wartawan. Ada yang bertugas sebagai editor yang memeriksa naskah dan mnyeleksi naskah untuk dimuat. Ada korektor naskah. Ada petugas setting, cetak dan distributor, agen atau loper. Tugas wartawan tidak sama dengan petugas bagian iklan. Sebab, pers juga harus hidup dengan menerima order iklan.
Secara umum, tugas wartawan adalah mencari berita di lapangan. Mereka melakukan wawancara dengan narasumber, mendatangi tempat kejadian, acara, atau peristiwa yang disaksikannya. Tulisan yang dibuat wartawan harus diserahkan pada redaktur bersangkutan. Tugas redaktur memeriksa, menyeleksi, menyunting dan mengatur muatan. Ada naskah yang segera dimuat, ada yang ditunda, ada pula yang harus disempurnakan. Sesudah itu, bagian-bagian lain yang menunjang kerja keredaksionalan seperti pra cetak, cetak dan pasca cetak, melakukan aktivitasnya.
Jadi, kerja dalam dunia jurnalistik memang kolektif. Tidak bisa orang menerbitkan sendiri koran, mencari iklan sendiri, mengisi sendiri dan menjualnya sendiri. Oleh sebab itu, wartawan harus bisa bekerja secara team work.

Opini, Bagian Penting dari Informasi
Hampir bisa dipastikan, setiap penerbitan pers memberi tempat untuk pembuatan opini yang ditulis para pembaca. Opini, pada akhirnya memang merupakan bagian penting dari informasi, sehingga tidak hanya disajikan secara faktual. Opini memberi ruang pada pemikiran, solusi, gagasan, terhadap suatu aktualitas. Pendapat yang beragam itu diperlukan agar wawasan kita dalam melihat suatu peristiwa menjadi lebih lengkap.
Opini, tentu lebih bersifat subjektif dalam memandang peristiwa. Ditulis dengan paradigma ilmiah, cara berpikir ilmiah, cara pandang ilmiah, tetapi disajikan dengan gaya popular. Terutama bila ditujukan untuk pembaca yang berasal dari segala status sosial, bahasanya tidak bisa terlampau ilmiah dan terlamapau teknis. Bahasa popular dengan gaya penulisan popular akan membawa sebuah permasalahan yang serius disampaikan secara enak dan mudah ditangkap. Penulis opini jangn sampai terjebak oleh pengertian ilmiah dan teknis, sebab surat kabar pada dasarnya lebih bersifat umum.
Siapa saja, bisa menulis opini. Tetapi, sebaiknya penulis opini adalah seorang spesialis bukan generalis. Jadi, harus dikerjakan berdasarkan spesialisasi pemikiran dan bidang yang dikuasai.
Menulis opini di surat kabar, berbeda dengan menulis makalah. Bukan panjang tulisan yang dipentingkan. Tetapi, bagaimana dengan halaman maksimal lima halaman sudah mencakup persoalan yang akan dituliskan. Halaman surat kabar sangat terbatas, sehingga tulisan opini yang terlalu panjang akan kesulitan bila dimuat.